SINTANG, KALBAR- Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Darmadi, menyebutkan ada dua intervensi dalam upaya penurunan angka stunting di daerah yaitu intervensi sensitif dan spesifik.
Menurut Darmadi, intervensi sensitif memiliki daya ungkit yang jauh lebih besar dalam penurunan stunting dibandingkan dengan intervensi spesifik.
“Daya ungkinya itu sampai 70%,” ujar Darmadi belum lama ini.
Intervensi sensitif berfokus pada faktor-faktor sosial dan lingkungan yang memengaruhi tumbuh kembang anak, sementara intervensi spesifik lebih terfokus pada aspek medis atau gizi langsung.
“Jadi Intervensi sensitif ini lebih banyak diluar bidang kesehatan, seperti perbaikan pola asuh, bantuan sosial, dan penyediaan sarana air inikan dinas perkim. Nah intervensi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan stunting, bahkan lebih besar dibandingkan intervensi spesifik,” ujar Darmadi.
Meskipun intervensi sensitif memiliki daya ungkit yang lebih besar, Darmadi juga menekankan bahwa intervensi spesifik yang berkaitan langsung dengan kesehatan dan gizi anak tetap memiliki peran penting. Intervensi spesifik, seperti pemberian suplemen gizi, imunisasi, serta pengobatan untuk penyakit yang menghambat pertumbuhan anak, juga perlu dilaksanakan secara terintegrasi.
“Intervensi spesifik tetap diperlukan untuk menangani masalah gizi buruk atau kekurangan gizi pada anak-anak. Namun, jika hanya mengandalkan intervensi medis tanpa memperbaiki aspek sosial dan lingkungan, hasilnya tidak akan maksimal,” ujar Darmadi.
Oleh karena itu, kombinasi antara intervensi sensitif dan spesifik menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah stunting di Kabupaten Sintang.
“Ya untuk mencapai hasil yang maksimal, intervensi sensitif dan spesifik harus dilakukan secara bersamaan dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat,” pungkasnya.