Bupati Sintang Sampaikan Alasan Tak Larang Aktivitas PETI

oleh
Bupati Sintang, Gregorius Herkulanus Bala (Dok : DAD Sintang)

SINTANG, ujungjemari.id- Bupati Sintang, Gregorius Herkulanus Bala, secara blak-blakan mengungkapkan persoalan tambang emas ilegal atau Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di wilayahnya. Hal itu ia sampaikan di hadapan Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, saat membuka Pekan Gawai Dayak Sintang ke-XII di Betang Tampun Juah, Desa Jerora Satu, Rabu 16 Juli 2025.

Dalam kesempatan itu, Bupati Bala mengatakan tambang emas di Sintang ibarat jalan hidup masyarakat. Ia mengakui tidak punya kewenangan baik untuk mengizinkan maupun melarang aktivitas PETI. Pasalnya Ijin tambang bukan kewenangan pemerintah daerah.

“Kami di Sintang ini, Pak Wakil Gubernur, orang bilang banyak kerja emas. Mereka bilang Pak Bupati nggak ngelarang orang kerja emas. Saya bilang bupati tidak diberi hak untuk mengizinkan orang kerja emas. Bagaimana saya ngerebut hak untuk melarang? Jadi itu kendala, itu dilema,” kata Bupati Bala.

Bala melanjutkan, dirinya tidak menutup mata dengan kenyataan di lapangan. Menurutnya, banyak masyarakat menggantungkan hidup dari aktivitas tambang emas. Jika aktivitas itu dihentikan sepenuhnya, ia khawatir ekonomi masyarakat lumpuh.

“Saya mengatakan, Pak Krisantus, kami di Sintang ini kalau nggak ada kerja emas, usaha-usaha princess yang ada, warung-warung itu pasti tutup. Kalau ngarap yang noreh nggak mampu. Ngarap yang dodos sawit itu pun nggak laku. Jadi kalau ada mendengar kami kerja (PETI) itu, tolong tutup mata, tolong dipahami,” tegas Bala.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa masyarakat sebenarnya tidak bermaksud merusak lingkungan. Namun kondisi ekonomi yang sulit memaksa mereka untuk tetap menambang.

“Tuhan menaruh emas di dalam tanah. Kalau ditaruh di dahan kayu pun kami tutok. Jadi itu situasi kami, bukan berarti mau merusak alam. Itulah situasi kami,” jelas Bala.

Ia bahkan menceritakan pengalamannya pribadi yang pernah bekerja sebagai penjaga mesin sedot emas pada tahun 1990-an.

“Saya dari tahun 1990-an udah jadi penjaga sedot yang bagus. Udah pernah jatuh, udah puas hampir ditimpa tanah. Panjang umur saja saya bisa berdiri di sini sekarang,” pungkasnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *