PLTU Sintang Uji Coba Pelet Tangkos, Hasilnya Memuaskan

oleh

SINTANG, www. ujungjemari.id – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang berhasil melakukan uji coba penggunaan pelet dari tandan kosong kelapa sawit (tangkos) sebagai bahan bakar alternatif dalam program co-firing.

Uji coba ini menunjukkan hasil yang baik. Seluruh parameter operasional dan emisi gas buang tetap berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), artinya uji coba berjalan aman dan ramah lingkungan.

Asisten Manajer Operasi PLTU Sintang, Hari Juniansyah, mengatakan bahwa uji coba ini berjalan lancar dan hasilnya sesuai harapan.

“Penggunaan pelet tangkos sebagai bahan campuran dalam pembakaran bisa dikatakan berhasil. Semua berjalan normal dan tidak ada gangguan,” kata Hari.

Saat ini, komposisi bahan bakar di PLTU Sintang terdiri dari 50 persen batu bara, 35 persen cangkang sawit, 10 persen woodchip, dan 5 persen pelet tangkos. Komposisi ini sudah diterapkan pada tiga unit pembangkit secara berkelanjutan.

Namun, menurut Hari, tantangan utama saat ini adalah terbatasnya pasokan pelet tangkos. “Pabrik di Semuntai hanya bisa memasok 5–10 ton per hari, padahal kebutuhan ideal kami sekitar 50–60 ton per hari,” jelasnya.

Selain itu, Hari juga menyebut bahwa belum adanya aturan yang jelas mengenai ekspor biomassa membuat harga dan ketersediaan bahan baku dalam negeri belum stabil.

Beberapa kesimpulan dan rekomendasi dari uji coba ini adalah:

  1. Penggunaan pelet tangkos sebanyak 5 persen tidak mengganggu operasional maupun emisi, sehingga bisa terus digunakan.
  2. Untuk jangka panjang, perlu ada uji ketahanan (durability test) terutama pada bagian-bagian penting pembangkit seperti boiler.
  3. Diperlukan dukungan dari pemerintah dalam mempercepat transisi energi ramah lingkungan.

Sementara itu, Manajer Unit PLN Indonesia Power UBP Sintang, Bayu Putra Surya Perdana, menegaskan bahwa PLTU Sintang terus berkomitmen menggunakan biomassa sebagai energi ramah lingkungan.

“Uji coba pelet tangkos sebanyak 5 persen atau sekitar 10 ton tidak menimbulkan gangguan pembakaran. Emisinya juga aman,” ujar Bayu.

Bayu juga mengatakan pihaknya terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan penyedia biomassa, untuk menjaga keberlanjutan energi hijau.

“Kami juga terus mencari jenis biomassa lain yang bisa menjadi bahan bakar alternatif,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *