Kusnadi Prihatin Kasus TBC di Sintang, Minta Penanganan Lebih Serius

oleh
Anggota DPRD Sintang Kusnadi

SINTANG, ujungjemari.id- Anggota DPRD Kabupaten Sintang, Kusnadi mengaku prihatin atas tingginya kasus tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sintang. Berdasarkan data tahun 2025, terdapat 849 kasus TBC di Sintang. Angka ini menempatkan Sintang sebagai daerah dengan kasus TBC terbesar kelima di Kalimantan Barat.

Dari total tersebut, Kecamatan Sepauk menjadi penyumbang kasus tertinggi dengan 110 kasus, disusul Kecamatan Serawai dengan 74 kasus, dan Kecamatan Tempunak sebanyak 70 kasus. Kondisi ini membuat Kusnadi menilai bahwa upaya penanggulangan TBC harus dilakukan lebih intensif dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

“Angkanya besar dan ini masalah serius. Kita tidak boleh anggap sepele, karena TBC bisa menyerang siapa saja,” ujar Kusnadi, Jumat 14 November 2025.

Pemerintah pusat telah memasukkan penuntasan TBC sebagai salah satu dari 11 prioritas nasional. Bahkan, pemerintah meluncurkan program quick win untuk mempercepat penanganan dalam satu tahun. Sebanyak 6 triliun dari APBN disiapkan khusus untuk penanggulangan TBC, dan pemerintah desa pun diinstruksikan untuk mengalokasikan anggaran desa guna mendukung pencegahan dan penanganan TBC.

Menurut Kusnadi, dengan adanya dukungan dari pusat, pemerintah daerah dan seluruh komponen terkait diharapkan mampu bekerja lebih terarah dan progresif.

“Kalau dukungan anggarannya sudah besar seperti itu, tentu kita di daerah harus lebih siap. Ini bukan pekerjaan satu dua orang, tapi kerja bersama,” tambahnya.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini juga menyinggung wilayah dapilnya, yakni Kecamatan Sepauk dan Tempunak, yang termasuk memiliki kasus cukup tinggi. Namun ia menegaskan bahwa persoalan kesehatan seperti TBC merupakan isu bersama yang harus disuarakan untuk seluruh masyarakat Sintang.

“Ya kita prihatin banyak kasus TBC. Ini soal kesehatan masyarakat secara luas. Kita harus peduli semuanya,” ucapnya.

Ia mengimbau pemerintah daerah, terutama Dinas Kesehatan, untuk terus memperkuat edukasi, pemeriksaan, dan pendampingan bagi masyarakat yang menjalani pengobatan. Kusnadi juga berharap desa-desa semakin aktif dalam mendorong pencegahan melalui penggunaan anggaran desa dan kegiatan berbasis komunitas.

“Kalau semua pihak bergerak, saya yakin angka ini bisa kita tekan. Jangan sampai terlambat, kita harus bertindak sekarang,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *