SINTANG, ujungjemari.id- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya menyasar pemenuhan gizi bagi anak sekolah, tetapi juga berpotensi memberikan dampak positif bagi perekonomian petani lokal di Kabupaten Sintang. Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Kartiyus, menegaskan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah dapur yang berdiri, tetapi juga dari kesiapan petani dalam memasok kebutuhan dapur setiap hari.
Menurutnya, dapur-dapur MBG akan membutuhkan pasokan sayur, telur, beras, daging, dan berbagai bahan pangan lainnya secara rutin. Hal tersebut membuka peluang perputaran uang di tingkat masyarakat, terutama petani dan pelaku usaha di desa.
“Petani jangan tidur. Siapa yang menyuplai sayur, telur, dan beras ke dapur itu? Ini peluang bagi petani untuk mendapatkan penghasilan,” kata Kartiyus, Jumat 7 November 2025.
Ia menjelaskan, jika satu dapur melayani sekitar 1.000 siswa per hari, maka kebutuhan telur bisa mencapai 1.000 butir setiap hari. Begitu pula dengan sayuran seperti terong, kacang panjang, sawi, dan daun ubi yang harus tersedia dalam jumlah besar dan berkelanjutan.
“Jadi nanti pemerintah daerah akan menyiapkan pendampingan melalui dinas pertanian, penyuluh, serta kelompok tani,” kata Kartiyus.
Kartiyus juga mendorong BUMDes di setiap kecamatan untuk mulai mengembangkan usaha peternakan ayam atau penggemukan hewan ternak lainnya. Dengan demikian, pasokan protein hewani dapat terpenuhi tanpa harus mendatangkan dari luar daerah.
Namun, ia mengingatkan bahwa peningkatan permintaan bahan pangan juga berpotensi memicu kenaikan harga. Karena itu, penguatan produksi lokal harus dilakukan agar inflasi tetap terkendali.
“Keseimbangan suplai dan permintaan harus dijaga secara serius oleh pemerintah bersama kelompok tani,” ujarnya.
Selain memperkuat ketersediaan pangan, program ini diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat dan menumbuhkan sektor pertanian rakyat. Pemerintah Kabupaten Sintang menargetkan pertumbuhan ekonomi daerah dapat mencapai hingga 8 persen, sejalan dengan arah kebijakan nasional.
“Keberhasilan program MBG di daerah kita tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi kita bersama, terutama kecamatan, desa, dan petani,” pungkasnya.










