Fenomena Langit Langka: Bima Nasution Abadikan Okultasi Bulan terhadap Saturnus dari Indonesia

oleh
Bima Nasution

PADANG, ujungjemari.id- Langit dini hari Indonesia pada 25 Juli 2024 menjadi saksi bisu salah satu peristiwa langit paling langka dan menakjubkan: okultasi Bulan terhadap planet Saturnus, atau yang kerap dijuluki publik sebagai “Gerhana Saturnus”. Fenomena ini berhasil diabadikan secara jelas oleh Bima Nasution, konten kreator edukasi astronomi yang dikenal luas di media sosial dengan akun @bims_stagram karena kegigihannya memperkenalkan keindahan dan sains antariksa kepada masyarakat luas.

Dengan menggunakan kamera yang terhubung langsung ke teleskop pribadinya, Bima merekam detik-detik saat Saturnus perlahan menghilang tertutup Bulan mulai pukul 03:06 WIB dan kembali muncul dari sisi lainnya pada pukul 03:34 WIB. Momen ini bukan hanya menakjubkan secara visual, tetapi juga langka secara astronomis karena hanya bisa disaksikan dari lokasi tertentu di Bumi, salah satunya Indonesia tepatnya di Kota Padang.

“Saya udah standby dari tengah malam, ngelihat posisi Bulan dan Saturnus makin dekat. Pas akhirnya kejadian, itu kayak magic sih. Saturnus pelan-pelan hilang, terus sekitar setengah jam kemudian nongol lagi dari sisi Bulan yang satunya,” cerita Bima.

Bima langsung membagikan dokumentasi peristiwa ini ke akun TikTok miliknya dan video tersebut langsung viral. Bisa kamu tonton langsung di sini:
🎥 https://www.tiktok.com/@bims_stagram/video/7396694337154764038

Siapa Bima Nasution?
Bima Nasution bukan nama asing bagi komunitas pecinta langit dan antariksa di Indonesia. Dengan lebih dari 460 ribu subscriber di YouTube dan 1,7 juta followers di TikTok, ia telah menjadi figur publik yang konsisten menyebarkan edukasi astronomi dengan cara yang menyenangkan, mudah dicerna, dan relevan bagi generasi muda.
Selain membuat video pendek edukatif, Bima juga aktif melakukan siaran langsung (livestream) pengamatan astronomi di platform TikTok-nya.

Dalam live-nya, ia sering menunjukkan objek-objek langit seperti Bulan, planet, nebula, gugus bintang, bahkan komet semua menggunakan teleskop pribadi yang ia operasikan langsung sambil menjelaskan fenomena yang sedang terjadi. Salah satu livestream-nya yang paling spektakuler adalah saat Gerhana Matahari beberapa waktu lalu, yang berhasil menarik lebih dari 1 juta penonton secara total.
“Saya pengen bikin orang Indonesia ngerasa deket sama langit. Karena Astronomi udah jadi bagian dari peradaban manusia sejak nenek moyang, sekaligus juga jadi pengingat bahwa kita adalah hanya bagian kecil dari dari alam semesta yang luas banget,” ujar Bima.

Gambar 1 Saturnus Mulai Tertutup Bulan

Gambar 2 Saturnus Mulai Terlihat
Apa Itu Okultasi?
Dalam astronomi, okultasi adalah peristiwa ketika satu objek langit menutupi objek lainnya dari sudut pandang pengamat di Bumi. Dalam hal ini, Bulan melintas di depan Saturnus, menyebabkan planet bercincin itu tampak ‘menghilang’ sejenak dari pandangan.

Menurut artikel di space.com, okultasi seperti ini tidak hanya spektakuler untuk diamati, tetapi juga sangat penting untuk penelitian. Okultasi dapat membantu ilmuwan mempelajari bentuk objek, atmosfer, bahkan struktur cincin planet jika diamati dengan instrumen sensitif. Fenomena ini juga digunakan untuk mengukur ukuran dan orbit benda langit dengan sangat presisi.

Pada saat kejadian, Saturnus berada sekitar 1,34 miliar kilometer dari Bumi, sementara Bulan hanya berjarak sekitar 384 ribu kilometer. Di langit, keduanya tampak sangat dekat hanya 20,8 menit busur atau sepertiga diameter Bulan jika dilihat dari permukaan Bumi.

Fenomena Langka yang Akan Terulang… 17 Tahun Lagi
Salah satu alasan kenapa peristiwa ini begitu istimewa adalah karena sangat jarang terjadi. Posisi Bulan dan Saturnus harus sejajar sempurna dari perspektif kita di Bumi, dan itu hanya mungkin beberapa kali dalam puluhan tahun. Untuk wilayah Indonesia sendiri, okultasi Saturnus oleh Bulan yang bisa diamati dengan jelas baru akan terjadi lagi pada tahun 2041 mendatang.

“Kalau kalian nonton video ini, anggap aja kalian beruntung. Karena berikutnya bakal terjadi 17 tahun lagi. Jadi, nikmati dan simpan baik-baik momen ini,” kata Bima di akhir videonya.

Misi Bima: Populerkan Astronomi di Indonesia
Dengan konten yang konsisten, gaya penyampaian yang santai, dan visual yang menarik, Bima berharap bisa membangkitkan minat masyarakat terhadap astronomi, terutama anak muda.

Lewat program seperti #JelajahiAntariksa, pelatihan teleskop, kolaborasi dengan komunitas astronomi dan edukasi berbasis momen aktual, ia terus menunjukkan bahwa astronomi bukan ilmu yang membosankan. Justru sebaliknya langit penuh dengan cerita, misteri, dan keajaiban yang bisa dinikmati siapa saja.

“Saya bukan ilmuwan luar angkasa. Saya cuma orang biasa yang suka langit. Tapi saya percaya, kalau kita bisa bikin orang menengok ke atas lebih sering, mereka juga akan lebih sadar soal tempatnya di semesta ini.” Tutup Bima

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *